• Tentang UGM
  • IT Center
  • Fakultas Teknik
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Pusat Pelestarian Pusaka
Departemen Arsitektur dan Perencanaan
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Berita
  • Kegiatan
    • Pendidikan dan Pengajaran
      • S1 (Program Sarjana)
      • S2 (Program Master)
      • S3 (Program Doktor)
      • Sekolah Lapangan Internasional
      • Dosen Tamu
      • Pelatihan
    • Penelitian dan Praktek Pelestarian
      • Pengelolaan Pusaka
      • Pelestarian Saujana Pusaka
      • Pelestarian Kawasan, Desa dan Kota Pusaka
      • Pelestarian Arsitektur Pusaka
      • Pariwisata Pusaka
      • Pendataan Pusaka
    • Pengabdian Masyarakat
      • Penguatan Organisasi Pusaka
      • Program Kolaborasi
      • Desa Binaan
      • Pasca Bencana
      • Penyelenggaraan Seminar/Lokakarya/Forum
  • Galeri
    • Foto
    • Video
  • Publikasi
    • Buku dan Buku Digital
    • Book Chapter
    • Proceeding/Journal
    • Penghargaan
    • Seminar/Lokakarya/Forum
    • Pameran dan Poster
    • Piagam/Deklarasi
    • Media
    • Peta Pusaka
  • Mitra
  • Beranda
  • Media
  • Identitas Kota Yogyakarta: Stasiun Tugu dan Malioboro Segera Dibenahi

Identitas Kota Yogyakarta: Stasiun Tugu dan Malioboro Segera Dibenahi

  • Media
  • 8 Juli 2009, 22.33
  • Oleh: chc.ft
  • 0

Salah satu identitas kota dengan keunggulan yang tak hanya berarti pada waktu silam tapi juga di masa kini dan mendatang, adalah arsitektur pusaka. Bagaimana menyikapi tinggalan yang seringkali terlihat kumuh dan menggoda banyak pihak untuk kemudian justru mencari jalan pintas, menghancurkan, itu menjadi persoalan hingga kini. Padahal banyak contoh yang membuktikan, pemanfataan dan pelestarian yang tepat terhadap arsitektur pusaka bisa mendatangkan keuntungan secara ekonomi, sosial budaya hingga ilmu pengetahuan. Demikian Dr Laretna T Adishakti, staf pengajar Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada (UGM) , Jurusan Teknik Arsitektur, yang selalu menegaskan pernyataan di atas di manapun ia bicara perihal pelestarian pusaka. Ia memberi contoh pada kasus penjualan dan pencerabutan joglo di kawasan pusaka Kota Gede, DI Yogyakarta. “Pranata hukum tidak ada, kemudian pemilik juga tidak merasakan keuntungan terhadap kepemiilikan joglo. Kasus-kasus seperti ini membuat identitas kota jadi rentan,” tandasnya beberapa waktu lalu.

Untuk melestarikan berbagai arsitektur pusaka, perlu strategi dan pranata olah disain serta aspek kelembagaan dan legal. Dalam rangka melestarikan pusaka inilah, PT Kereta Api (KA) khususnya Kantor Daerah Operasi (Daop) VI DI Yogyakarta mengajak serta beberapa pihak seperti Laretna Adishakti dan komunitas Indonesian Railway Preservation Society (IRPS). Beberapa aset PT KA di Yogya yang akan dibenahi untuk kemudian dikembangkan adalah kawasan Stasiun Tugu hingga Malioboro, stasiun-stasiun tua dari zaman Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS)  di abad 19 dan 20. Kawasan Stasiun Tugu hingga Malioboro bahkan menyisakan bangunan-bangunan lama, juga semacam gudang dalam kondisi yang – seperti diungkap Laretna – bikin banyak pihak tertarik untuk menghancurkan. Sayangnya, dalam rangka merevitalisasi kawasan dan bangunan itu, PT KA belum mendata secara lengkap apa saja dan di mana saja bangunan termasuk kawasan yang hendak dihidupkan kembali melalui proses konservasi. Sita, panggilan akrab Laretna, menegaskan, untuk masuk ke proses konservasi, hal yang pertama harus dilakukan adalah pendataan dan perencanaan secara holistic. “Kita tidak bisa hanya melihat bangunan tapi bagaimana dengan kawasannya. Karena entitas stasiun tak bisa dipisahkan dari lingkungannya,” ujar penggagas Jogja Heritage Society yang juga penerima anugerah The Nikkei Asia Prizes tahun 2009 ini. Sekadar informasi, pengembangan sub kawasan Stasiun Tugu merupakan rencana terpadu dengan pihak Pemprov DIY, Pemkot, dan Kraton Yogyakarta. Pengembangan tersebut antara lain meliputi pengembangan properti, pembangunan parkir kawasan inti Malioboro Selain itu, salah satu perhatian yang khusus diberikan Kepala Daop VI Yogyakarta, Rustam Harahap, adalah Stasiun Maguwo (lama) berlokasi di Dusun Kembang, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Stasiun ini dibangun oleh NIS. Data tentang sejarah perkeretaapian termasuk stasiunnya memang masih sangat sulit didapat.  Rustam berharap bangunan yang terbengkalai itu diharapkan bisa berfungsi kembali atau dipindahkan ke suatu tempat.   Pada awal pekan ini, pihak Kantor Pusat Pelestarian Benda dan Aset PT KA bersama Daop VI DI Yogyakarta, IRPS, dan  aktivis pelestari pusaka juga membahas lokasi yang tepat bagi Stasiun Maguwo (lama). “Yang pasti warna kayu padam bangunan lama lebih baik dibiarkan muncul,” tandas Sita. Stasiun Maguwo (lama) sudah tak lagi dipergunakan dan digantikan Stasiun Maguwo baru di dekat Bandara Adi Sucipto. Stasiun ini diresmikan sekitar setahun lalu. Pastinya rencana PT KA itu memang terkait dengan penataan ruang dan lingkungan kota itu sehingga terkait pula dalam rencana besar dari otoritas DI Yogyakarta. Kepala Kantor Pusat Pelestarian Benda dan Aset PT KA, Ella Ubaidi, menyatakan, pekan depan pihaknya akan membicarakan hal tersebut dengan Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X.  “Kami dijadwalkan ketemu Sri Sultan Senin depan (13/7-Red),” tandas Ella.

Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2009/07/08/16362120/~Lansir~Konservasi

 

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Berita Terakhir

  • Seminar, Diskusi Panel PERAN EKONOMI PUSAKA DALAM PENCAPAIAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 2030
    November 28, 2022
  • Rangkaian Renungan Pusaka di tahun 2022
    November 23, 2022
  • RENUNGAN PAGI EKONOMI PUSAKA #02: *KONSEP DAN METODA VALUASI NILAI PUSAKA*
    Februari 16, 2022
  • RENUNGAN PAGI EKONOMI PUSAKA #01: MENCARI PARADIGMA BARU EKONOMI PUSAKA
    Januari 21, 2022
  • Bahasa Indonesia
  • English
  • Bahasa Indonesia
  • English
Universitas Gadjah Mada

Pusat Pelestarian Pusaka
Departemen Arsitektur dan Perencanaan
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada

 

Heritage Conservation Research Group, Center of Excellence in Sustainable Environment, Engineering Research and Innovation Center (ERIC) Faculty of Engineering, Universitas Gadjah Mada

☏ (+62) 81392059690

© CHC FT Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju