• Tentang UGM
  • IT Center
  • Fakultas Teknik
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Pusat Pelestarian Pusaka
Departemen Arsitektur dan Perencanaan
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Berita
  • Kegiatan
    • Pendidikan dan Pengajaran
      • S1 (Program Sarjana)
      • S2 (Program Master)
      • S3 (Program Doktor)
      • Sekolah Lapangan Internasional
      • Dosen Tamu
      • Pelatihan
    • Penelitian dan Praktek Pelestarian
      • Pengelolaan Pusaka
      • Pelestarian Saujana Pusaka
      • Pelestarian Kawasan, Desa dan Kota Pusaka
      • Pelestarian Arsitektur Pusaka
      • Pariwisata Pusaka
      • Pendataan Pusaka
    • Pengabdian Masyarakat
      • Penguatan Organisasi Pusaka
      • Program Kolaborasi
      • Desa Binaan
      • Pasca Bencana
      • Penyelenggaraan Seminar/Lokakarya/Forum
  • Galeri
    • Foto
    • Video
  • Publikasi
    • Buku dan Buku Digital
    • Book Chapter
    • Proceeding/Journal
    • Penghargaan
    • Seminar/Lokakarya/Forum
    • Pameran dan Poster
    • Piagam/Deklarasi
    • Media
    • Peta Pusaka
  • Mitra
  • Beranda
  • Berita
  • Borobudur Field School/Kuliah Lapangan Borobudur 2004

Borobudur Field School/Kuliah Lapangan Borobudur 2004

  • Berita
  • 3 Januari 2004, 06.27
  • Oleh: chc.ft
  • 0


LATAR BELAKANG

Saujana, sejauh mata memandang, adalah bentang alam dan budaya atau cultural landscape, yang merupakan keragaman manifestasi interaksi antara hasil budi daya manusia dan lingkungan alamnya. Persoalan interaksi alam dan budaya ini mulai menjadi perspektif perbincangan global banyak ilmu, khususnya yang bergerak pada pelestarian pusaka (heritage conservation) sejak akhir tahun 80an.

Di Indonesia, pemahaman tentang pusaka saujana belum berkembang, bahkan disadari dalam dunia pendidikan belum menjadi materi pembelajaran. Padahal, Indonesia dari Sabang sampai Merauke merupakan mosaik keanekaragaman saujana terbesar di dunia yang membutuhkan penanganan lintas sektor dan ilmu. Keadaaan ini mendesak untuk segera dilakukan tindakan pengelolaan pelestarian saujana secara tepat berdasar kenyataan lapangan.

Tahun 2003, Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI) bekerjasama dengan International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) Indonesia dan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata dalam Tahun Pusaka Indonesia 2003 (tema: Merayakan Keanekaragaman) mendeklarasikan Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia yang di antaranya menyepakati bahwa:

  1. Pusaka Indonesia adalah pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana. Pusaka alam adalah bentukan alam yang istimewa. Pusaka budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di Tanah Air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka saujana adalah gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam kesatuan ruang dan waktu;
  2. Pusaka budaya mencakup pusaka tangible (bendawi) dan pusaka intangible (non bendawi);
  3. Pusaka yang diterima dari generasi-generasi sebelumnya sangat penting sebagai landasan dan modal awal bagi pembangunan masyarakat Indonesia di masa depan, karena itu harus dilestarikan untuk diteruskan kepada generasi berikutnya dalam keadaan baik, tidak berkurang nilainya, bahkan perlu ditingkatkan untuk membentuk pusaka masa datang;

Sementara itu Borobudur UNESCO Expert Meeting yang diselenggarakan pada bulan Juli 2003 menyatakan perlu dilakukannya studi terhadap saujana Borobudur yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Dan mulai tahun 2004 dilaksanakan Restorasi Borobudur Tahap 2 yang menitik beratkan pada persoalan kawasan yang lebih luas, intangible culture heritage, dan penguatan masyarakat.

Guna menjawab berbagai  kebutuhan pengembangan pelestarian baik secara keilmuan maupun praktek nyata, Pusat Pelestarian Pusaka Arsitektur, Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Jogja Heritage Society dan didukung oleh Kanki Laboratory, Wakayama University, Jepang dan Yayasan Patrapala menyelenggarakan Field School dengan mengambil studi kasus pembelajaran Kawasan Menoreh – Borobudur. Kawasan yang memiliki keragaman pusaka berkelas dunia ini akan memberikan banyak pelajaran penting bagi peserta, serta  manfaat bagi masyarakat setempat secara berkesinambungan dari waktu ke waktu.

TEMA

Pelestarian Pusaka Saujana Borobudur dengan Fokus Teknik Pelestarian.

TUJUAN

 Secara umum tujuan program “Field School” adalah:

  • Memberi pemahaman kepada peserta tentang pelestarian dan pengelolaan pusaka saujana, yang di dalamnya terdapat bangunan bersejarah, sistem setting dan kegiatan, budaya kehidupan, dan komponen lingkungan alam lainnya.
  • Meningkatkan kemampuan peserta dalam mengimplementasikan konsep, metoda, proses pelestarian dan pengelolaan saujana pada kasus nyata yang terjadi di lapangan.
  • Meningkatkan minat peserta di bidang pelestarian saujana.
  • Memberi pengalaman peserta dalam melakukan studi tentang pelestarian saujana secara langsung di lapangan.

Secara khusus tujuan program “Field School” adalah:

Meningkatkan kemampuan peserta dalam menerapkan teknik pelestarian pusaka saujana, yang meliputi inventarisasi, dokumentasi dan presentasi.

KEGIATAN PEMBELAJARAN

Program Field School ini menekankan hubungan antara konsep dan realita lapangan. Untuk itu, program pelatihan ini didesain dengan sepenuhnya melibatkan peserta secara langsung di lapangan. Peserta melakukan pengenalan kawasan dan studi secara mendalam tentang pelestarian kawasan saujana dengan partisipasi masyarakat setempat. Kawasan yang menjadi obyek studi adalah lingkungan kawasan Menoreh-Borobudur, yang terletak sekitar 3 km dari Candi Borobudur.

Selama program, peserta tinggal di Desa Candirejo sehingga dapat mengenal secara dekat obyek studinya. Diharapkan, selain mendapatkan materi kegiatan dari para fasilitator, peserta juga mendapatkan data dan informasi secara langsung dari narasumber lain khususnya masyarakat setempat.

Untuk lebih memperluas pengalaman dan pemahaman tentang kawasan pusaka, beberapa field trip untuk peserta dilakukan, yaitu field trip ke kawasan Menoreh-Borobudur dan kawasan perdesaan. Field trip tambahan bagi peminat khusus akan diselenggarakan di beberapa kawasan pusaka di kota Yogyakarta.

Secara singkat kegiatan pembelajaran terdiri dari:

  • Kuliah
  • Pengamatan/studi lapangan
  • Field Trip
  • Diskusi dengan penduduk
  • Presentasi

PESERTA

Peserta program Field School ditargetkan 20-25 orang, yang terdiri dari:

  • Mahasiswa dari universitas di Indonesia dan luar negeri yang mempunyai minat di bidang konservasi/pelestarian pusaka saujana.
  • Dosen peneliti dari universitas di Indonesia dan luar negeri dengan berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan tema program.
  • Pihak-pihak yang mempunyai kepedulian terhadap pelestarian pusaka saujana (pemerintah, asosiasi, ahli/peminat budaya dan pusaka, lingkungan, pariwisata, dsb).

PENYELENGGARA

 Program Field School diselenggarakan oleh Pusat Pelestarian Pusaka Arsitektur (Center for Heritage Conservation) Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta bekerjasama dengan Jogja Heritage Society dan didukung oleh Kanki Laboratory,  Dept. Of Environmental Systems, Wakayama University, Japan dan Yayasan Patrapala.

WAKTU DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN:

Program diselenggarakan selama 6 hari mulai tanggal 10-16 September 2004 di pegunungan Borobudur-Menoreh, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Selama kegiatan, para peserta akan tinggal di homestay di Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

PENDAFTARAN DAN BIAYA

Pendaftaran peserta dapat dilakukan dengan menghubungi alamat berikut:

Pusat Pelestarian Pusaka Arsitektur (Center for Heritage Conservation)

Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Jl Grafika 2, Sekip, Yogyakarta

Telp/Fax: 0274-544910

E-mail: she_jogja@yahoo.com

Contact person: Sdri. Sinta Carolina

 Batas akhir pendaftaran peserta 31 Agustus 2004. Pemberitahuan kepastian keikutsertaan 1 September 2004.

Biaya pendaftaran Rp 950.000,- untuk peserta Indonesia dan USD 200 untuk peserta dari luar Indonesia.

Biaya dapat dibayarkan melalui transfer bank kepada:

Sdri. Sinta Carolina

BANK BNI 46 UGM No. 228.0056 37331.902

Call for Participant BFS 2004


Untuk pembaruan lebih lanjut, silakan kunjungi galeri kami : http://chc.ft.ugm.ac.id/gallery/borobudur-field-school-1-st-2004/

Berita Terakhir

  • Seminar, Diskusi Panel PERAN EKONOMI PUSAKA DALAM PENCAPAIAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 2030
    November 28, 2022
  • Rangkaian Renungan Pusaka di tahun 2022
    November 23, 2022
  • RENUNGAN PAGI EKONOMI PUSAKA #02: *KONSEP DAN METODA VALUASI NILAI PUSAKA*
    Februari 16, 2022
  • RENUNGAN PAGI EKONOMI PUSAKA #01: MENCARI PARADIGMA BARU EKONOMI PUSAKA
    Januari 21, 2022
  • Bahasa Indonesia
  • English
  • Bahasa Indonesia
  • English
Universitas Gadjah Mada

Pusat Pelestarian Pusaka
Departemen Arsitektur dan Perencanaan
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada

 

Heritage Conservation Research Group, Center of Excellence in Sustainable Environment, Engineering Research and Innovation Center (ERIC) Faculty of Engineering, Universitas Gadjah Mada

☏ (+62) 81392059690

© CHC FT Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju