Pusaka saujana budaya (cultural landscape heritage) merupakan tinggalan keragaman manifestasi interaksi antara hasil budi daya manusia dan lingkungan alamnya. Persoalan interaksi alam dan budaya ini mulai menjadi perspektif perbincangan global banyak ilmu, khususnya yang bergerak pada pelestarian pusaka (heritage conservation) sejak akhir tahun 80’an.
Di Indonesia pemahaman tentang pusaka saujana budaya ini belum berkembang, bahkan disadari dalam dunia pendidikan belum menjadi materi pembelajaran. Padahal, Indonesia dari Sabang sampai Merauke merupakan salah satu mosaik keanekaragaman saujana budaya terbesar di dunia yang membutuhkan penanganan lintas sektor dan ilmu. Keadaan ini mendesak untuk segera dilakukan tindakan pengelolaan pelestarian secara tepat berdasarkan kenyataan lapangan.
Tahun 2003, Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI) bekerjasama dengan International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) Indonesia dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dalam Tahun
Pusaka Indonesia 2003 (tema: Merayakan Keanekaragaman) mendeklarasikan Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia yang diantaranya menyepakati bahwa:
- Pusaka Indonesia adalah pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana. Pusaka alam adalah bentukan alam yang istimewa. PUsaka budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di Tanah Air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka saujana adalah gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam kesatuan ruang dan waktu;
- Pusaka budaya mencakup pusaka tangible (bendawi) dan pusaka intangible (non-bendawi)
- Pusaka yang diterima dari generasi-generasi sebelumnya sangat penting sebagai landasan dan modal awal bagi pembangunan masyarakat Indonesia di masa depan, karena itu harus dilestarikan untuk diteruskan kepada generasi berikutnya dalam keadaan baik, tidak berkurang nilainya, bahkan perlu ditingkatkan untuk membentuk pusaka masa dating.
Sementara itu Borobudur UNESCO Expert Meeting yang diselenggarakan di Borobudur pada bulan Juli 2003 menyatakan perlu dilakukan studi terhadap saujana budaya Borobudur dan mulai tahun 2004 Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mempersiapkan Restorasi Borobudur tahap 2 dengan menitik beratkan pada persoalan Intangible Cultural Heritage dan penguatan masyarakat.
Guna menjawab berbagai kebutuhan pengembangan pelestarian baik secara keilmuan maupun praktek lapangan, sejak 2004, Kuliah Lapangan Internasional Pelestarian Pusaka Saujana Borobudur (Borobudur Field School/BFS) dilaksanakan setiap tahun oleh Pusat Pelestarian Pusaka Arsitektur, Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Kanki Laboratory for Architecture and Human Environmental Planning, Graduate School of Urban Environmental Engineering, Kyoto University, Japan, Miyagawa Seminar, Dept. of Environmental System, Wakayama University, Japan, dan Jogja Heritage Society.
TEMA
Area Strategis Nasional Borobudur dan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutannya
TUJUAN
Secara umum tujuan program Field School adalah:
- Memberikan pemahaman kepada peserta tentang pelestarian dan pengelolaan pusaka saujana, yang di dalamnya terdapat bangunan bersejarah, sistem penataan dan kegiatan, budaya kehidupan, dan komponen lingkungan alam lainnya,.
- Meningkatkan kemampuan peserta dalam mengimplementasi konsep, metoda, proses pelestarian dan pengelolaan saujana budaya pada kasus nyata yang terjadi di lapangan,
- Meningkatkan minat dan mengasah kepekaan peserta dalam bidang pelestarian saujana budaya,
- Memberi pengalaman peserta dalam melakukan studi tentang pelestarian saujana budaya secara langsung di lapangan.
Secara khusus tujuan program Field School kali ini dititikberatkan pada peningkatkan kemampuan peserta dalam menerapkan teknik pelestarian kawasan pusaka saujana yang meliputi inventarisasi, dokumentasi, presentasi sampai menghasilkan desain guidelines pada suatu area tertentu.
PROGRAM KEGIATAN
Selama 8 hari kegiatan, peserta akan mendapatkan pengalaman kegiatan belajar yang menyenangkan seperti:
- Kuliah lapangan
- Borobudur Heritage Trail and Sunrise Trip
- Survai lapangan
- Diskusi dengan masyarakat
- Presentasi
- Kegiatan budaya bersama penduduk lokal
PESERTA
Peserta program Field School ditargetkan 25 peserta yang terdiri dari:
- Mahasiswa dari perguruan tinggi di Indonesia dan luar negeri yang mempunyai minat di bidang konservasi/pelestarian pusaka saujana budaya.
- Dosen, peneliti dari universitas di Indonesia dan luar negeri dengan berbagai bidang disiplin ilmu yang berkaitan dengan tema program
- Pihak-pihak yang mempunyai kepedulian terhadap pelestarian pusaka saujana (pemerintah, asosiasi, ahli/peminat budaya dan pusaka, lingkungan, pariwisata, dsb).
WAKTU DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN
Program diselenggarakan selama 8 hari dimulai tanggal 2 Juli – 8 Juli 2012. Peserta akan berangkat bersama-sama dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ke Borobudur pada 2 Juli 2012. Selama berkegiatan para peserta akan tinggal di rumah penduduk (homestay) di Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
PENDAFTARAN DAN BIAYA
Pendaftaran peserta dapat dilakukan dengan menghubungi alamat berikut:
Pusat Pelestarian Pusaka Arsitektur (Center for Heritage Conservation)
Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan,Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika 2, Sekip Yogyakarta, Indonesia. Telp. 62 274 544910. Fax: 62 274 580852
Contact Person: Sinta, E-mail: she_jogja@yahoo.com
Batas akhir pendaftaran peserta 20 Mei 2012 & pemberitahuan kepastian keikutsertaan 25 mei 2012. Biaya Pendaftaran Rp. 2.500.000,- untuk mahasiswa Indonesia dan USD 300 untuk umum dan mahasiswa dari luar Indonesia. Biaya dapat dibayarkan melalui transfer rekening bank atas nama:
Sdri. Sinta Carolina
BANK BNI 46 cabang UGM Yogyakarta, No. 0038671545
Untuk pembaruan lebih lanjut, silakan kunjungi galeri kami : http://chc.ft.ugm.ac.id/gallery/borobudur-field-school-46th-2012/